Penyairselalu berusaha memberikan gambaran tentang apa yang diungkapkannya itu dengan kekuatan imajinasi. Dengan pilihan katanya W.S Rendra berusaha menggugah kemampuan melihat dan meraba. Adapun imajinya sebagai berikut: Imaji Penglihatan (visual) : /Ia merangkak/ /di atas bumi yang dicintainya/ /Tiada kuasa lagi menegak/ /Telah ia lepaskan
– Salah satu penyair terbaik berkebangsaan Indonesia adalah Rendra. Karir beliau tak hanya sebatas penulis puisi saja, Beliau juga merupakan seorang penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater. WS Rendra juga mendapatkan sebuah julukan seniman sang Burung Merak. Biografi Rendra Willibrordus Surendra Broto Rendra, atau yang lebih dikenal publik sebagai Rendra, lahir pada 7 November 1935 di Kota Solo, dan merupakan anak dari pasangan suami istri R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Pendidikan WS Rendra TK Marsudirini, Yayasan Kanisius. SD SMA Katolik, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef, Solo tamat pada tahun 1955. Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Mendapat beasiswa American Academy of Dramatic Arts 1964–1967. Bakat WS Rendra sudah terlihat ketika Dia masih menginjak sekolah SMP. Bakat tersebut meliputi menulis puisi, cerpen, naskah drama, bahkan mampu berakting di pentas drama. WS Rendra mempublikasikan karya puisinya di majalah siasat yang terbit tahun 1952. Semenjak saat itu karya beliau mulai menghiasi media cetak lainnya. Drama pertama buatannya yang berjudul “kaki palsu”, yang dipentaskan ketika Beliau masih SMP, telah mendapatkan penghargaan hadiah pertama dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Karya-karya buatan WS Rendra terkenal di Indonesia dan terkenal di luar negeri. Ada beberapa karya Beliau yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris, belanda, Jerman, Jepang, dan India. Karena masalah ekonomi, Pada tahun 1977, Rendra pergi ke Jakarta dan pindah ke Depok. Kemudian di Tahun 1985, Rendra membangun sebuah Bengkel Theater Rendra sebagai pusat dari kegiatan seninya, dan bengkel theter rendra tersebut masih ada hingga sekarang. Pada Usia 24 tahun Rendra menikah dengan istri pertamanya, Sunarti Suwandi, yang menikah pada 31 Maret 1959, dan dikaruniai 5 anak. Rendra kemudian menikah dengan istri kedua, Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, pada tahun 1971, dan memperoleh 4 anak. Dari peristiwa ini muncul beberapa kontroversi di pikiran orang-orang jika WS Rendra pindah ke agama islam karena untuk poligami. Lalu WS Rendra menikah untuk yang ketiga kalinya dengan ken Zuraida dan mendapatkan 2 anak. Namun di pernikahan kegita itu, WS Rendra bercerai dengan Sitoresmi pada 1979, dan Surnarti pada 1981. WS Rendra terkenal dengan julukan Sang burung merak. Konon katanya hal ini bermula, ketika teman Rendra yang datang dari Australia mampir ke Indonesia. Kemudian Rendra mengajak temannya tersebut ke kebun binatang. Lalu rendra menunjuk ke arah burung merak, sambil berkata, “Itu adalah Saya”. Teman dari Australia itu pun setuju kalau WS Rendra diibaratkan seperti burung merak yang indah. Erwin Pratama akan memberikan Kumpulan Puisi WS Rendra. 1. Puisi Gugur karya Rendra GUGUR Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Tiada kuasa lagi menegak Telah ia lepaskan dengan gemilang pelor terakhir dari bedilnya Ke dada musuh yang merebut kotanya Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Ia sudah tua luka-luka di badannya Bagai harimau tua susah payah maut menjeratnya Matanya bagai saga menatap musuh pergi dari kotanya Sesudah pertempuran yang gemilang itu lima pemuda mengangkatnya di antaranya anaknya Ia menolak dan tetap merangkak menuju kota kesayangannya Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Belumlagi selusin tindak mautpun menghadangnya. Ketika anaknya memegang tangannya ia berkata Yang berasal dari tanah kembali rebah pada tanah. Dan aku pun berasal dari tanah tanah Ambarawa yang kucinta Kita bukanlah anak jadah Kerna kita punya bumi kecintaan. Bumi yang menyusui kita dengan mata airnya. Bumi kita adalah tempat pautan yang sah. Bumi kita adalah kehormatan. Bumi kita adalah juwa dari jiwa. Ia adalah bumi nenek moyang. Ia adalah bumi waris yang sekarang. Ia adalah bumi waris yang akan datang. Hari pun berangkat malam Bumi berpeluh dan terbakar Kerna api menyala di kota Ambarawa Orang tua itu kembali berkata Lihatlah, hari telah fajar ! Wahai bumi yang indah, kita akan berpelukan buat selama-lamanya ! Nanti sekali waktu seorang cucuku akan menacapkan bajak di bumi tempatku berkubur kemudian akan ditanamnya benih dan tumbuh dengan subur Maka ia pun berkata -Alangkah gemburnya tanah di sini! Hari pun lengkap malam ketika menutup matanya. Arti Puisi Gugur Karya WS Rendra Seorang pahlawan yang tengah sekarat, yang bahkan tak mampu untuk berdiri dan berjalan. Dia telah melawan penjajah dengan senjata api miliknya. Pahlawan tersebut sudah berusia tua dan badannya penuh luka. Walaupun begitu Dia tetap kuat bagaikan harimau dan berhasil mengusir musuh dari kotanya, Ambarawa. Pahlawan tua itu menolak untuk ditolong, bahkan oleh anaknya sendiri. Saat kematian menghampirinya, Pahlawan itu berkata pada anaknya, Bumi Kita Indonesia adalah sesuatu yang berharga yang harus dilindungi. Pahlawan tua tersebut menghembuskan nafas terakhirnya, mati demi membela Kota Ambarawa. 2. Puisi Kangen Karya Rendra KANGEN Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta kau tak akan mengerti segala lukaku kerna cinta telah sembunyikan pisaunya Membayangkan wajahmu adalah siksa Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan Engkau telah menjadi racun bagi darahku Apabila aku dalam kangen dan sepi itulah berarti aku tungku tanpa api Arti Puisi Kangen Karya WS Rendra Penulis WS Rendra ingin mengatakan bahwa seseorang wanita yang Dia rindukan tidak akan mengerti perasaan kesepian akibat melajang jomblo. Penulis merasakan sakit tanpa alasan yang jelas karena mencintai “Kau”. Menahan rindu adalah adalah hal yang menyakitkan, bahkan hanya untuk membayangkan wajah orang yang dicintai. Namun penulis hanya bisa menahan perasaan rindu ini. Orang yang dicintai oleh penulis telah merasuki pikirannya. Penulis merasakan kesepian karena merindukan seseorang, namun Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa bertemu dengan orang yang dicintai. 3. Puisi Surat Cinta Karya Rendra SURAT CINTA Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib, Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah, Wahai, dik Narti, aku cinta kepadamu ! Kutulis surat ini kala langit menangis dan dua ekor belibis bercintaan dalam kolam bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta menggetarkan bulu-bulunya, Wahai, dik Narti, kupinang kau menjadi istriku ! Kaki-kaki hujan yang runcing menyentuhkan ujungnya di bumi, Kaki-kaki cinta yang tegas bagai logam berat gemerlapan menempuh ke muka dan tak kan kunjung diundurkan Selusin malaikat telah turun di kala hujan gerimis Di muka kaca jendela mereka berkaca dan mencuci rambutnya untuk ke pesta Wahai, dik Narti dengan pakaian pengantin yang anggun bunga-bunga serta keris keramat aku ingin membimbingmu ke altar untuk dikawinkan Aku melamarmu, Kau tahu dari dulu tiada lebih buruk dan tiada lebih baik dari yang lain penyair dari kehidupan sehari-hari, orang yang bermula dari kata kata yang bermula dari kehidupan, pikir dan rasa Semangat kehidupan yang kuat bagai berjuta-juta jarum alit menusuki kulit langit kantong rejeki dan restu wingit Lalu tumpahlah gerimis Angin dan cinta mendesah dalam gerimis. Semangat cintaku yang kuat bagai seribu tangan gaib menyebarkan seribu jaring menyergap hatimu yang selalu tersenyum padaku Engkau adalah putri duyung tawananku Putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut, mendesahlah bagiku ! Angin mendesah selalu mendesah dengan ratapnya yang merdu. Engkau adalah putri duyung tergolek lemas mengejap-ngejapkan matanya yang indah dalam jaringku Wahai, putri duyung, aku menjaringmu aku melamarmu Kutulis surat ini kala hujan gerimis kerna langit gadis manja dan manis menangis minta mainan. Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan dan langit iri melihatnya Wahai, Dik Narti kuingin dikau menjadi ibu anak-anakku ! Arti Puisi Surat Cinta Karya Ws Rendra Surat cinta ini sebenarnya ditujukkan untuk Sunarti Suwandi istri pertama WS Rendra. Penulis WS Rendra menulis surat cinta yang dikhusukan untuk Dik Narti Sunarti Suwandi. Karena kedekatannya dengan Dik narti, penulis ingin melamar Dik Narti sebagai istrinya. Penulis ingin Dik Narti memakai pakaian pengantin dan berharap menerima sosok penulis sebagai pasangan hidupnya. Bagai putri duyung, Kecantikan Dik Narti membuat Penulis ingin menangkapnya, memilikinya, dan melamarnya. Terakhir penulis ingin Dik Narti menjadi seorang ibu dari anak-anak Mereka berdua. Atau penulis ingin memiliki anak dari Dik Narti. 4. Puisi Hei, Ma! karya Rendra Hei, Ma! Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya Ada malam-malam aku menjalani lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa padahal angin tidak ada Bintang-bintang menjadi kunang-kunang yang lebih menekankan kehadiran kegelapan Tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa….. Hidup memang fana Ma, Tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada Kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara, dijauhi ayah bunda dan ditolak para tetangga Atau aku terlantar di pasar, aku berbicara tetapi orang-orang tidak mendengar Mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita Aku marah, aku takut, aku gemetar, namun gagal menyusun bahasa Hidup memang fana Ma, itu gampang aku terima Tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savanna membuat hidupku tak ada harganya Kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana-kemari, mulut berbusa sekedar karena tertawa Hidup cemar oleh basa-basi dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan yang tanpa persoalan, atau percintaan tanpa asmara, dan senggama yang tidak selesai Hidup memang fana, tentu saja Ma Tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola mengacaukan isi perutku lalu mendorong aku menjerit-jerit sambil tak tahu kenapa Rasanya setelah mati berulang kali tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku Kelenjar-kelenjarku bekerja, sukmaku menyanyi, dunia hadir, cicak di tembok berbunyi, tukang kebun kedengaran berbicara kepada putranya Hidup menjadi nyata, fitrahku kembali Mengingat kamu Ma adalah mengingat kewajiban sehari-hari Kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi Kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma Masing-masing pihak punya cita-cita, masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata Hai Ma, apakah kamu ingat aku peluk kamu di atas perahu Ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu dengan ciuman-ciuman di lehermu Masya Allah, aku selalu kesengsam dengan bau kulitmu Ingatkah waktu itu aku berkata Kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna Wuah aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini Dan apabila aku menulis sajak aku juga merasa bahwa Kemaren dan esok adalah hari ini Bencana dan keberuntungan sama saja Langit di luar langit di badan bersatu dalam jiwa Sudah ya Ma… Arti Puisi Hai Ma Karya WS Rendra Secara garis besar ini adalah puisi tentang ibu. Puisi tentang anak yang ditinggal oleh seorang ibu atau puisi tentang Ibu yang menelantarkan anaknya. Kata “Ma” dalam puisi tersebut bisa memiliki arti sebagai “mama”. Yang membuat takut penulis WS Rendra adalah kehilangan sosok seorang ibu. Yang mana penulis merasa hampa dalam hidupnya. Penulis merasa jika Dirinya dijauhi oleh Ayah, Ibu, dan bahkan tetangganya. Penulis ingin mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Ketika Penulis sebagai anak menyadari pentingnya kehadiran sosok seorang Ibu dalam hidupnya, Hidupnya menjadi lebih hidup, dan fitrahnya sebagai seorang anak telah kembali. Penulis kemudian mengingat kembali kenangan indah bersama ibunya. Terakhir, walau sudah tak bersama, namun sosok seorang ibu masih melekat di hati dan jiwa. 5. Puisi Lagu Seorang Gerilya Karya Rendra Lagu Seorang Gerilya Engkau melayang jauh, kekasihku. Engkau mandi cahaya matahari. Aku di sini memandangmu, menyandang senapan, berbendera pusaka. Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu, engkau berkudung selendang katun di kepalamu. Engkau menjadi suatu keindahan, sementara dari jauh resimen tank penindas terdengar menderu. Malam bermandi cahaya matahari, kehijauan menyelimuti medan perang yang membara. Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku, engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu Peluruku habis dan darah muncrat dari dadaku. Maka di saat seperti itu kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan bersama kakek-kakekku yang telah gugur di dalam berjuang membela rakyat jelata Arti Puisi Lagu Seorang Gerilya Karya WS Rendra Puisi ini sebenarnya ditujukan untuk putra WS Rendra yang bernama Isaias Sadewa. Kemungkinan Ini merupakan puisi perjuangan melawan pemerintahan selama orde baru 1998. Penulis WS Rendra mengikhlaskan Putranya Isaias Sadewa untuk pergi berperang atau berjuang. Berangkat dari tempat tinggalnya, Putra tersebut menuju ke lokasi pertempuran, yang bahkan sudah terdengar suara mobil lapis baja. Didalam suasana yang penuh kekacauan, walau banyak tembakan dikeluarkan, Sosok putra tersebut menjadi bersinar dengan gagah di mata penulis. Sang ayah sudah tua dan hanya bisa menyemangati anaknya yang berjuang membela para rakyat kelas bawah dari penguasa rezim. 6. Puisi Sajak Anak Muda Karya Rendra SAJAK ANAK MUDA Kita adalah angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan takabur. Kita kurang pendidikan resmi di dalam hal keadilan, karena tidak diajarkan berpolitik, dan tidak diajar dasar ilmu hukum. Kita melihat kabur pribadi orang, karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa. Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, karena tidak diajar filsafat atau logika. Apakah kita tidak dimaksud untuk mengerti itu semua? Apakah kita hanya dipersiapkan untuk menjadi alat saja? Inilah gambaran rata-rata pemuda tamatan SLA, pemuda menjelang dewasa. Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan. Bukan pertukaran pikiran. Ilmu sekolah adalah ilmu hapalan, dan bukan ilmu latihan menguraikan. Dasar keadilan di dalam pergaulan. serta pengetahuan akan kelakuan manusia, sebagai kelompok atau sebagai pribadi, tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji. Kenyataan di dunia menjadi remang-remang. Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, tidak bisa kita hubung-hubungkan. Kita marah pada diri sendiri. Kita sebal terhadap masa depan. Lalu akhirnya, menikmati masa bodoh dan santai. Di dalam kegagapan, kita hanya bisa membeli dan memakai, tanpa bisa mencipta. Kita tidak bisa memimpin, tetapi hanya bisa berkuasa, persis seperti bapak-bapak kita. Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat. Di sana anak-anak memang disiapkan untuk menjadi alat dari industri. Dan industri mereka berjalan tanpa henti. Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa? Kita hanya menjadi alat birokrasi! Dan birokrasi menjadi berlebihan tanpa kegunaan – menjadi benalu di dahan. Gelap. Pandanganku gelap. Pendidikan tidak memberikan pencerahan. Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan. Gelap. Keluh kesahku gelap. Orang yang hidup di dalam pengangguran. Apakah yang terjadi di sekitarku ini? Karena tidak bisa kita tafsirkan, lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja. Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini? Apakah ini? Apakah ini? Ah, di dalam kemabukan, wajah berdarah akan terlihat sebagai bulan. Mengapa harus kita terima hidup begini? Seseorang berhak diberi ijasah dokter, dianggap sebagai orang terpelajar, tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. Dan bila ada tirani merajalela, ia diam tidak bicara, kerjanya cuma menyuntik saja. Bagaimana? Apakah kita akan terus diam saja? Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum dianggap sebagai bendera-bendera upacara, sementar hukum dikhianati berulang kali. Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi dianggap bunga plastik, sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi. Kita berada di dalam pusaran tata warna yang ajaib dan tak terbaca. Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan. Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. Dan bila luput, kita memukul dan mencakar ke arah udara. Kita adalah angkatan gagap. Yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar. Daya hidup telah diganti oleh nafsu. Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. Kita adalah angkatan yang berbahaya. Arti Puisi Sajak Anak Muda Karya WS Rendra Secara keseluruhan Puisi ini mengkritik anak muda atau generasi muda yang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Rezim pemerintahan. Kita adalah generasi bodoh, Yang tidak memahami tentang keadilan, karena tidak diajarkan ilmu politik dan hukum. Kita hanya bisa melihat orang lain dengan berprasangka buruk, karena tidak diajarkan dasar logika. Penulis WS Rendra mempertanyakan posisi generasi muda yang hanya bisa menjadi “ALAT” penguasa. Generasi muda hanya bisa untuk patuh pada penguasa, bukan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Dasar kemanusiaan yang sesungguhnya diangap sebagai Hal yang tidak begitu penting. Dengan keadaan yang tidak jelas tersebut, akhirnya generasi muda merasa masa bodoh dan hidup santai. Manusia hanya bisa menjadi konsumen, Tak bisa menjadi pemimpin, hanya bisa menjadi Penguasa. Manusia hanya dijadikan sebagai alat birokrasi oleh penguasa semata. Penulis Rendra kemudian memilih menjadi penyair daripada memikirkan kesemerawutan negeri. Karena banyak penguasa yang dipilih tanpa melihat kemampuannya. Mereka penguasa Hanya dilihat/dipilih dari nilai ijazah, tanpa melihat apa yang bisa dilakukannya untuk negeri. 7. Puisi Gumamku, ya Allah Karya Rendra Gumamku, Ya Allah Angin dan langit dalam diriku, gelap dan terang di alam raya, arah dan kiblat di ruang dan waktu, memesona rasa duga dan kira, adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah! Serambut atau berlaksa hasta entah apa bedanya dalam penasaran pengertian. Musafir-musafir yang senantiasa mengembara. Umat manusia tak ada yang juara. Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi. Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu. Agama adalah kemah para pengembara. Menggema beragam doa dan puja. Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda. Arti Puisi Gumamku ya Allah Karya WS Rendra Puisi ini tentang keagamaan dan tentang ketuhanan. Kiblat adalah pusat dari dunia ini. Adalah Tempat dimana kira-kira manusia menganggap Allah berada di sana. Para manusia yang berkelana di dunia fana ini tidak akan mendapatkan kemenangan kecuali Mereka yang rindu kepada Tuhan. Semua manusia tidak bisa melihat Tuhan Mereka namun Mereka rindu kepada sosok Tuhan. Agama adalah dimana manusia berpulang, agama adalah tiang-tiang pondasi rumah keimanan. Walaupun Doa umat islam berbahasa Arab, namun memiliki arti yang sama dalam semua bahasa. COntoh Allahu Akbar Allah Maha Besar, Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. 8. Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya WS Rendra Aku tulis pamplet ini Aku Tulis Pamplet Ini karena lembaga pendapat umum ditutupi jaring labah-labah Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk, dan ungkapan diri ditekan menjadi pengiyaan Apa yang terpegang hari ini bisa luput besok pagi Ketidakpastian merajalela. Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki menjadi marabahaya menjadi isi kebon binatang Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. Tidak mengandung perdebatan Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan Aku tulis pamplet ini karena pamplet bukan tabu bagi penyair Aku inginkan merpati pos. Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian. Aku tidak melihat alasan kenapa harus diam tertekan dan termangu. Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar. Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju. Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ? Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan. Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka. Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api. Rembulan memberi mimpi pada dendam. Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah yang teronggok bagai sampah Kegamangan. Kecurigaan. Ketakutan. Kelesuan. Aku tulis pamplet ini karena kawan dan lawan adalah saudara Di dalam alam masih ada cahaya. Matahari yang tenggelam diganti rembulan. Lalu besok pagi pasti terbit kembali. Dan di dalam air lumpur kehidupan, aku melihat bagai terkaca ternyata kita, toh, manusia ! Arti Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya WS Rendra Pamplet adalah lembaran kertas yang dilipat, yang isinya terdapat tulisan maupun gambar. Secara garis besar puisi ini adalah kritikan dari WS Rendra untuk pemerintahan Orde Baru. Aku tulis pesan ini yang berisi kritikan untuk pemerintahan.. Karena lembaga pendapat umum lembaga pers penuh dengan jebakan. Rakyat hanya bisa mengeluh, dan Rakyat hanya bisa meng-IYA-kan birokrasi pemerintah. Ketetapan/hukum/aturan pemerintah yang telah diputuskan hari ini, bisa berubah esok hari. ketidakpastian sistem di negeri ini semakin merajalela. Orang yang bukan penguasa, hidupnya menjadi tidak jelas. Hanya penguasa yang hidupnya terjamin. Lembaga pendapat umum tidak menyalurkan aspirasi rakyat, hanya menyiarkan kampanye-kampanye penguasa, yang berakhir sebagai monopoli kekuasaan politik. Penulis WS Rendra hanya bisa mengeluarkan isi pikirannya lewat pamplet ini. Yang isinya negeri dalam sinyal bahaya. Penulis hanya ingin agar rakyat bisa bertukar pikiran dengn dengan para penguasa, bukannya hanya bisa pasrah menerima aturan pemerintah. Belenggu pemerintah kepada rakyat membuat rakyat tidak bisa mengaspirasikan pendapat Mereka. Penguasa hanya dapat membuat rakyat menangis dan bersedih. Pemerintah dan rakyat seperti halnya kawan dan lawan, namun Mereka semua adalah saudara, dan sama-sama orang Indonesia. Tapi beginilah kehidupan, ada yang susah, ada yang gembira. Toh inilah cerminan kehidupan manusia yang sesungguhnya. 9. Puisi Maskumambang Karya Rendra Maskumambang Kabut fajar menyusut dengan perlahan. Bunga bintaro berguguran di halaman perpustakaan. Di tepi kolam, di dekat rumpun keladi, aku duduk di atas batu, melelehkan air mata. Cucu-cucuku! Zaman macam apa, peradaban macam apa, yang akan kami wariskan kepada kalian! Jiwaku menyanyikan tembang maskumambang. Kami adalah angkatan pongah. Besar pasak dari tiang. Kami tidak mampu membuat rencana manghadapi masa depan. Karena kami tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa lalu, dan tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa kini, maka rencana masa depan hanyalah spekulasi keinginan dan angan-angan. Cucu-cucuku! Negara terlanda gelombang zaman edan. Cita-cita kebajikan terhempas waktu, lesu dipangku batu. Tetapi aku keras bertahan mendekap akal sehat dan suara jiwa, biarpun tercampak di selokan zaman. Bangsa kita kini seperti dadu terperangkap di dalam kaleng utang, yang dikocok-kocok oleh bangsa adikuasa, tanpa kita berdaya melawannya. Semuanya terjadi atas nama pembangungan, yang mencontoh tatanan pembangunan di zaman penjajahan. Tatanan kenegaraan, dan tatanan hukum, juga mencontoh tatanan penjajahan. Menyebabkan rakyat dan hukum hadir tanpa kedaulatan. Yang sah berdaulat hanyalah pemerintah dan partai politik. O, comberan peradaban! O, martabat bangsa yang kini compang-camping! Negara gaduh. Bangsa rapuh. Kekuasaan kekerasan merajalela. Pasar dibakar. Kampung dibakar. Gubuk-gubuk gelandangan dibongkar. Tanpa ada gantinya. Semua atas nama takhayul pembangunan. Restoran dibakar. Toko dibakar. Gereja dibakar. Atas nama semangat agama yang berkobar. Apabila agama menjadi lencana politik, maka erosi agama pasti terjadi! Karena politik tidak punya kepala. Tidak punya telinga. Tidak punya hati. Politik hanya mengenal kalah dan menang. Kawan dan lawan. Peradaban yang dangkal. Meskipun hidup berbangsa perlu politik, tetapi politik tidak boleh menjamah ruang iman dan akal di dalam daulat manusia! Namun daulat manusia dalam kewajaran hidup bersama di dunia, harus menjaga daulat hukum alam, daulat hukum masyarakat, dan daulat hukum akal sehat. Matahari yang merayap naik dari ufuk timur telah melampaui pohon jinjing. Udara yang ramah menyapa tubuhku. Menyebar bau bawang goreng yang digoreng di dapur. Berdengung sepasang kumbang yang bersenggama di udara. Mas Willy! istriku datang menyapaku. Ia melihat pipiku basah oleh air mata. Aku bangkit hendak berkata. Sssh, diam! bisik istriku, Jangan menangis. Tulis sajak. Jangan bicara. Arti Puisi Maskumambang Karya WS Rendra Puisi ini dibuat pada era reformasi, sekitar tahun 2006. Penulis Rendra sedang duduk dengan perasaan sedih. penulis kemudian termenung, Apa yang bisa diwariskan kepada generasi muda. Kami generasi tua, Lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan, yang akhirnya tidak mempunya rencana masa depan. Kami generasi tua, tidak belajar pengalaman dari masa lalu, tidak belajar tentang masa kini, sehingga masa depan terlihat samar-samar. Wahai generasi muda, negara sedang terombang ambing. Tapi Aku WS Rendra tetap bertahan melawan kebusukan zaman. Negeri Indonesia ini seolah-olah tidak jelas tujaunnya kemana, terjerat oleh hutang, dikendalikan oleh negara maju, yang mana hal ini dilakukan atas nama pembangunan, sepertinya negeri ini masih dijajah. Tatanan kenegaraan dan hukum tidak berdaulat sebagai semestinya, dan hanyalah alat permainan politik pemerintah. Bangunan dihancurkan atas nama pembangunan, tanpa uang ganti rugi yang setimpal. Jika agama dijadikan alat berpolitik, maka agama bisa rusak. Politik tidak mengenal nurani, hanya mengenal menang dan kalah. Walaupun suatu bangsa perlu berpolitik, namun harus disertai iman dan akal. Manusia yang berdaulat haruslah memiliki akal sehat. 10. Puisi Lagu Serdadu Karya Rendra Lagu Serdadu Kami masuk serdadu dan dapat senapan ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang Yoho, darah kami campur arak! Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali Wahai, tanah yang baik untuk mati Dan kalau ku telentang dengan pelor timah cukilah ia bagi puteraku di rumah Arti Puisi lagu Serdadu karya WS Rendra Prajurit yang siap berperang dengan membawa senapan. Walau Ibu Kami Ibu dari para prajurit menangis, tetapi prajurit tetap harus pergi berperang. Walau darah Kami menjadi kotor karena membunuh musuh, namun mimpi Kamu tetap ingin menjadi seorang pahlawan perang. Nenek moyang Kita bercerita jika Indonesia ini indah, sebuah tempat yang indah untuk meninggal dalam pertempuran. Walau Aku prajurit tertembak oleh peluru, Tolong ampuni dosa Kami karena mmebunuh musuh, dan Kami prajurit berharap agar anak generasi muda mendoakan kami dari tempatnya/kediamannya.JikaAnda ingin tahu beberapa puisi karya W. S Rendra yang sangat populer, Anda bisa mengeceknya dengan membaca buku Puisi-puisi Cinta, Bentang Pustaka, W.S Rendra. Terdapat 30 judul puisi cinta dalam buku tersebut. Puber Pertama (1954-1958) yang ia tulis pada masa kuliahnya di Universitas Gadjah Mada.
Beranda 5 Puisi Atasan dan Bawahan Paling Bikin Gregetan 6 Puisi Cinta LDR Ini Bakal Bikin Kamu Sedih Bin Galau, Jangan Baca! 7 Puisi Jomblo Paling Ngenes dan Bikin Baper – Ayo Mblo Pada Ngumpul! Siapa Sih Norman Adi Satria? Kirim Puisi Puisi Normantis Puisi Cinta Tak Harus Romantis! Home Cinta Seks Bertepuk Sebelah Tangan Cemburu Cinta Sejati Galau Jomblo Kesetiaan Cinta Konflik Cinta LDR Mantan Selingkuh Rayuan Gombal Kehidupan Sahabat Atasan dan Bawahan Ayah Ibu Suami Istri Kebangsaan Puisi Kehidupan Rakyat Miskin Puisi Politik dan Pemerintahan Puisi Sejarah Nyeleneh Puisi Jenaka Religi Puisi Islami Puisi Rohani Katolik dan Kristen Puisi Toleransi Beragama Renungan Sindiran Amarah Pemikiran Esai Bedah Puisi Tips & Trik Penulisan Quotes Cerpen Humor Penyair Norman Adi Satria Pramoedya Ananta Toer Chairil Anwar WS Rendra Sapardi Djoko Damono Remy Sylado Kahlil Gibran Jalaluddin Rumi Ajip Rosidi Emha Ainun Nadjib Cak Nun Seno Gumira Ajidarma Joko Pinurbo Goenawan Mohamad Gus Mus Wiji Thukul Sujiwo Tejo Sitor Situmorang Subagio Sastrowardoyo Soe Hok Gie Dewi “Dee” Lestari Djenar Maesa Ayu Mohammad Yamin Bambang Trim Socrates Plato Asrul Sani Tatengkeng Sanusi Pane Eduard Douwes Dekker Multatuli Rustam Effendi Sumarso “Osram” Sumarsono Kiriman Pembaca Budi Lengket Nyi Galuh Titi Aoska Moksa Saf Rin Karim Angga Pradipta Riska Cania Dewi Fenia Eva Saputri Devi Ardiyanti Aniva Kusuma Wardani Mohammad Sya’roni Normantis Update 17 September 2018 in Cinta Sejati // Sajak Pelacur Senja – Wahyu Arsyad 17 September 2018 in // Seorang Laki-Laki dan Masalalu – Puisi Kiriman Yanwi Mudrikah 17 September 2018 in // Ketika Menikah Itu – Puisi Kiriman Yanwi Mudrikah 9 September 2018 in Ibu // Gagal Bad Boy – Puisi Wahyu Arsyad 1 Mei 2018 in // Lagu Persetubuhan – Puisi Wiji Thukul 24 April 2018 in Cerpen // Sujiwo Tejo Antara “Yayang” dan “Yang Mulia” 23 April 2018 in Esai // Sujiwo Tejo Kejahatan Kera Bukan Kerah Putih 23 April 2018 in Cerpen // Cerpen Cak Nun Podium 23 April 2018 in Esai // Pengalaman Sekitar Menulis Karangan Sastera – Sutan Takdir Alisjahbana 19 April 2018 in Esai // Kegalauan Kartini – Oleh Norman Adi Satria 16 Maret 2018 in // Di Tanah Negeri Ini Milikmu Cuma Tanah Air – Puisi Wiji Thukul 16 Maret 2018 in // Puisi Si Buta – Wiji Thukul 15 Maret 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Ia Membelai-Belai Perutnya 15 Maret 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Pohon Kemboja 13 Maret 2018 in La Ode Muhammad Jannatun // Kepadamu yang Terlanjur Abadi – Puisi Kiriman La Ode Muhammad Jannatun 17 Februari 2018 in Cerpen // Cerpen Tentang Transgender karya Cak Nun BH 13 Februari 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Ia Masih Kecil 11 Februari 2018 in Bertepuk Sebelah Tangan // Mencintaimu Dalam Diam – Puisi Kiriman Nuriman N. Bayan 5 Februari 2018 in Ibu // Tiga Sajak Kecil – Sapardi Djoko Damono 5 Februari 2018 in // Ruang Tunggu – Puisi Sapardi Djoko Damono 5 Februari 2018 in // Tiga Sajak Ringkas Tentang Cahaya – Sapardi Djoko Damono 20 Desember 2017 in Indra Lesmana // Kembali Mengingatmu Cinta Sejati – Puisi Kiriman Indra Lesmana 20 Desember 2017 in Galau // Daras Untuk Pujaan – Puisi Kiriman Kiaara 17 Desember 2017 in Esai // Esai Sujiwo Tejo Mesin Cuci Perempuan Itu Multitasking 30 November 2017 in Chairil Anwar // Dua Sajak Buat Basuki Resobowo – Chairil Anwar 25 November 2017 in // Baju Loak Sobek Pundaknya – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Momok Hiyong – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Aku Berkelana di Udara – Puisi Wiji Thukul 23 Oktober 2017 in // Titik-Titik – Puisi Kiriman Wahyu Pamungkas 18 Oktober 2017 in // Terus Terang Saja – Puisi Wiji Thukul 18 Oktober 2017 in // Buron – Puisi Wiji Thukul 5 Oktober 2017 in // Dua Telur – Puisi Kiriman Wahyu Arsyad 5 Oktober 2017 in Anja Oktovano // Nola Dalam Imagi – Puisi Kiriman Anja Oktovano 26 September 2017 in // Sudah Dibajak – Puisi Sutan Takdir Alisjahbana 20 September 2017 in Cerpen // Laki-Laki Tanpa Celana – Cerpen Joko Pinurbo 18 September 2017 in Norman Adi Satria // Zaman Musa VS Zaman Herodes – Puisi Norman Adi Satria 14 September 2017 in Mantan // Mantanku Kupu-Kupu – Puisi Norman Adi Satria 12 September 2017 in Norman Adi Satria // Surat Abang Kepada Adiknya yang Nyaris Dipenjara – Puisi Norman Adi Satria 6 September 2017 in Mantan // Layangan Temangsang – Puisi Norman Adi Satria Karya WS Rendra Posted in Atasan dan Bawahan, Penyair, WS Rendra // 1 Comment Waktu - Puisi WS Rendra WAKTU Karya WS Rendra Waktu seperti burung tanpa hinggapan melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan sayap-sayap mukjizat terkebar dengan cekatan. Waktu seperti butir-butir air dengan nyanyi dan tangis angin silir berpejam mata dan pelesir tanpa akhir. Dan waktu juga seperti pawang tua menunjuk arah cinta dan arah keranda. WS Rendra Buku Stanza dan Blues – Malam Stanza Beri peringkatBagikan ini Terkait BurungCintaMalam StanzaNormantisPuisiPuisi Filosofi dan FilsafatPuisi KematianPuisi MiniPuisi NormantisPuisi PendekPuisi WS RendraRenunganStanza dan BluesWaktuWS Rendra BERANI NONTON VIDEO NORMANTIS? KLIK AJA!KARYA TERBARU Mau dapat update Puisi Normantis tiap hari? Bergabung dengan pelanggan lain 1 Comment on Waktu – Puisi WS Rendra Apa Pesan dari puisi ini?? SukaSuka Komentar Norman Adi Satria Remy Sylado Budi Lengket Joko Pinurbo Ajip Rosidi Sapardi Djoko Damono WS Rendra Gus Mus Dewi Dee Lestari Seno Gumira Ajidarma Jalaluddin Rumi Sujiwo Tejo Soe Hok Gie Djenar Maesa Ayu Bambang Trim Wiji Thukul Goenawan Mohamad Pramoedya Ananta Toer Chairil Anwar Kahlil Gibran Nyi Galuh Plato Socrates Mohammad Yamin Asrul Sani Emha Ainun Nadjib Cak Nun Tatengkeng Sanusi Pane
Melatihanak Percaya diri dan mengingat hari kemerdekaan RI Tahun 1945 agar anak bisa menghargai jasa para pahlawan dan perjuangan yang menumbuhkan semangat
- Karya sastra menjadi sebuah curahan hati dari seorang pengarang. Dapat dituangkan dalam bentuk cerita maupun puisi. Salah satu penyair atau penulis puisi terkenal di Indonesia adalah Rendra. Puisi-puisinya terus melegenda di Indonesia. Willibrordus Surendra Broto Rendra lahir pada 7 November 1935 di Solo. Salah satu puisi yang terkenal dari Rendra adalah Telah Satu. Berikut puisinya Telah Satu Gelisahmu adalah kita bergandengandalam hidup yang nyata,dan kita cintai. Lama kita saling bertatap matadan makin mengertitak lagi bisa adalah penitiyang telah adalah kapalyang telah berlabuh dan ditambatkan. Kita berdua adalah lavayang tak bisa lagi diuraikan. Baca juga Struktur Batin Puisi beserta Penjelasannya Makna puisi Telah Satu Puisi tersebut bermakna percintaan atau romantisme. Tentang kebersamaan dan kepercayaan yang dilalui bersama baik keadaan senang atau duka. Puisi Telah Satu juga menceritakan seorang kekasih yang ia cintai selama ini namun jarang bertemu. Sepasang kekasih yang diceritakan dalam puisi tersebut meyakini bahwa cinta yang dimilikinya semakin kuat dan tidak akan terpisah untuk selamanya. Dalam puisi tersebut, penulis menghayati perasaan yang sedang dirasakan. Di mana ada keyakinan bahwa tidak akan terpisahkan dengan kekasihnya karena sudah ditakdirkan untuk bersatu selamanya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Karya: Chairil Anwar Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Puisi Kemerdekaan WS Rendra GERILYA Oleh : W S Rendra Tubuh biru tatapan mata biru lelaki berguling di jalan Angin tergantung terkecap pahitnya tembakau
BERJALANKE BARAT WAKTU PAGI HARI Oleh :Sapardi Djoko Damono waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra (Bagian 1) Monggo Di isi Buku Tamu'ne. Daftar Isi. biografi (2) kata mutiara (4) Puisi Chairil Anwar (3) Puisi Emha Ainun Najib (1)
Dalamdunia sastra, W.S Rendra sangat berjasa dalam pengembangan sastra. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, melainkan juga di luar negeri. Salah satu contoh karya sastranya yang cukup terkenal adalah Puisi Sajak Sebatang Lisong. Dikutip dari buku Kumpulan Esai Apresiasi Puisi (2018) karya Indra Intisa, berikut isi puisi
Dalampuisi Nyanyian Angsa karya W.S. Rendra, alur yang muncul adalah alur rumit, yang menghadirkan kejutan nasib dari sang tokoh dari awal, tengah, dan akhir dari pemadatan/ inti peristiwanya. Waktu ditandakan sebagai jam 1 siang, matahari masih sedang panas-panasnya. Alur tersebut mempertemukan Maria Zaitun dengan koster dan pastor gereja
W.S. Rendra) Cipayung Jaya, 4 April 2006 Kabut fajar menyusut dengan perlahan. Bunga bintaro berguguran di halaman perpustakaan. Di tepi kolam, di dekat rumpun keladi, aku duduk di atas batu, melelehkan air mata. Cucu-cucuku! Zaman macam apa, peradaban macam apa, yang akan kami wariskan kepada kalian! Jiwaku menyanyikan tembang maskumambang.
Inilahpuisi terakhir yang ditulis oleh budayawan tersebut. WS Rendra menulis sebuah puisi pada saat dia sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Di tengah sakit yang dideritanya, pria kelahiran 7 Nopember 1935 ini masih menyempatkan diri menulis sebuah puisi pendek. Puisi itu dibuat pada 31 Juli lalu.